Pada tanggal 1 Juni, seluruh bangsa Indonesia memperingat Hari Lahir (Harlah) Pancasila. Perayaan hari lahir pancasila diperingati dengan berbagai cara. Salah satunya dengan melaksanakan upacar bendera di sekolah, instansi pemerintah maupun lembaga – lembaga swasta.
Tak jarang juga perayaan hari lahir pancasila diisi dengan kegiatan – kegiatan sosial oleh para komunitas pecinta pancasila. Selain itu acara – acara seminar tentang pentingnya pancasila dan bagaimana memaknainya diadakan oleh kampus, sekolah dan instansi – instansi lainnya.
Tema yang diusung pada perayaan hari lahir pancasila tahun 2024 ini adalah "Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas Tahun 2045", dengan logo berupa Sandya Taru yang berarti Pohon Persatuan. Logo ini mencerminkan persatuan, gotong royong, dan kesetaraan. Sandya Taru atau Pohon Persatuan tercipta dari nilai Pancasila ketiga “Persatuan Indonesia” dengan simbol Pohon Beringin. Layaknya pohon yang bermakna sumber kehidupan, Pancasila lahir menjadi kekuatan bangsa Indonesia.
Hari Lahir Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Juni berdasarkan Keppres Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Hari Lahir Pancasila juga ditetapkan sebagai Hari Libur Nasional.
Lalu tahukah anda bagaimana sejarah tercetusnya hari lahir pancasila yang jatuh setiap 1 juni?
Penepatan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila merujuk pada momen penting sidang Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai dalam upaya merumuskan dasar negara Republik Indonesia. Badan ini menggelar sidang pertamanya pada tanggal 29 Mei 1945. Dalam sidang tersebut, anggota BPUPKI membahas mengenai dasar-dasar Indonesia merdeka.
Dalam sidang kedua BPUPKI, Soekarno dalam pidatonya yang bertajuk Lahirnya Pancasila menyampaikan gagasannya mengenai konsep awal Pancasila yang menjadi dasar negara Indonesia. Peristiwa pidato Soekarno tersebut terjadi pada tanggal 1 Juni 1945.
Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno dengan tanpa judul dan baru mendapat sebutan Lahirnya Pancasila oleh mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI.